Selasa, 06 Desember 2011

ANTIBIOTIKA

ANTIBIOTIKA MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Farmasi Dosen pengampu Bapak Binadja Disusun oleh: Indah Puji Rahayu (4301409017) Lina Putri Cahyaningtyas (4301409014) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merajalela di negara-negara sedang berkembang. Demikian pula di Indonesia, radang saluran nafas bagian atas dan bawah, diare, infeksi kulit dan penyakit infeksi lain menempati urutan 10 besar penyakit di Indonesia. Ini menurut Survai Kesehatan Rumah Tangga tahun 1982. Antibiotika merupakan satu alternatif untuk melawan penyakit-penyakit infeksi tersebut; walaupun di dalam penggunaannya banyak dijumpai kesimpangsiuran dan salah-kaprah, sehingga problem-problem lain pun muncul, seperti misalnya resistensi (Sriwidodo, 1976). Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Farmasi, Badan Penelitian dun Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, mendukung adanva inasalah resistensi di atas. Dan, dari survei terhadap pola penggunaan antibiotika di beberapa Puskesmas pun rnenggambarkan penggunaan antibiotika yang kurang rasional. baik menyangkut segi indikasi, pemilihan jenis antibiotika, maupun dosis rang tidak adekuat.Masalahnva memang tidak sederhana. Rurnit, dan menyangkut berbagai aspek. Tapi, kalau tidak mau diperbaiki mulai sekarang, kapan lagi ? Penggunaan antibiotika yang semakin meluas oleh berbagai kalangan, akhir-akhir ini semakin menjadi masalah. Salah satu masalah yang mendapat perhatian adalah resistensi kuman terhadap antibiotika, akibat penggunaan yang kurang terkontrol. Beberapa survei dilakukan pada 6 puskesmas di Jawa untuk mendapatkan pola preskripsi kasus rawat jalan dan 41 puskesmas lainnya di Jawa dan luar Jawa, untuk mendapatkan pola kebutuhan dan kecukupan obat khususnya antibiotika. Data kasus rawat jalan dan obat diambil dari tahun 1983. Survei ini mendapatkan 1761 kartu medik kasus rawat jalan yang memperoleh 7124 obat, di mana 24,9% di antaranya adalah antibiotika sistemik. Dari sekian banyak jenis antibiotika, 4 jenis di antaranya paling banyak digunakan dan dibutuhkan adalah Trisulfa, Tetrasiklin, Kloramfenikol, dan Ampisilin. Beberapa penyakit yang diberi antibiotika sistemik antara lain : infeksi usus dan diare (95,1%), penyakit saluran napas atas (96,7%) influenza (93,1%), infeksi virus lain (100%). Tersedianya antibiotika di puskesmas dinyatakan tidak cukup oleh 28 puskesmas (68,3%). Untuk mengatasi kekurangan obat tersebut selain memberi resep untuk ditebus di apotik luar, sebagian besar puskesmas mengurangi regimen terapi(Ellen, 1987). Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini kami buat sebagai sarana dalam mengatasi kesimpangsiuran yang tersebut. Selain itu sebagai wacana bagi pembaca dalam memperluas pengetahuanya mengenai antibiotika. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka timbul beberapa masalah, yaitu: 1. Apakah yang dimaksud dengan antibiotika itu? 2. Apa saja jenis- jenis antiobiotika yang ada? 3. Bagaimana penggunaan antibiotica? 4. Apa saja dampak- dampak yang ditimbulkan akibat dari antibiotic? C. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud antibiotika. 2. Menjelaskan tentang jenis- jenis antibiotika. 3. Mengetahui bagaimana penggunaan antibiotika. 4. Menggetahui dampak –dampak penggunaan antibiotika. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Antibiotika Antibiotik adalah salah satu obat yang paling sering diresepkan dalam kedokteran modern. Antibiotics cure disease by killing or injuring bacteria. Antibiotik menyembuhkan penyakit dengan membunuh atau melukai bakteri (Everett Stephens, 2011). Antibiotik berasal dari kata Yunani arti anti 'melawan' dan arti bios 'kehidupan' (bakteri adalah bentuk kehidupan). " Antibiotik juga dikenal sebagai antibakteri, dan mereka adalah obat digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri adalah organisme kecil yang kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Kata tunggal untuk bakteri adalah bakteri. Penyakit seperti TBC , salmonella, sifilis dan beberapa bentuk meningitis disebabkan oleh bakteri. Beberapa bakteri tidak berbahaya, sementara yang lain baik bagi kita. Sebelum bakteri dapat berkembang biak dan menyebabkan gejala-gejala sistem kekebalan tubuh kita biasanya dapat menghancurkan mereka. Kami memiliki sel darah putih yang menyerang bakteri berbahaya. Bahkan jika gejala terjadi, sistem kekebalan tubuh kita biasanya dapat mengatasi dan melawan infeksi. Ada kesempatan, namun, bila terlalu banyak dan tubuh kita butuh bantuan - dari antibiotik. Antibiotika pertama adalah penisilin. Seperti penisilin terkait antibiotik sebagai ampisilin, amoksisilin dan benzylpenicilllin banyak digunakan saat ini untuk mengobati berbagai infeksi - antibiotik telah sekitar untuk waktu yang lama . Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain. Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang dihasilkan miro organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki kahsiat mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil( Oriontz, 2009). B. Jenis- jenis Antibiotika Menurut Silvia, terdapat lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut: 1. Golongan Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. 2. Golongan Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). 3. Golongan Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. 4. Golongan Poliketida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). 5. Golongan Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin. 6. Golongan Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. 7. Golongan Streptogramin Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin. 8. Golongan Oksazolidinon Diantaranya linezolid dan AZD2563. 9. Golongan Sulfonamida Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat. Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut: 1) Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin. 2) Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin. 3) Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim. 4) Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. 5) Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin. 6) Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin. (Silvia, 2009) Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif. Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh pabrik obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan kimianya. Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan Vibramycin. Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Struktur kimia dari beberapa jenis antibiotic dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Struktur kimia sefalosporin Gambar 3. Struktur kimia eritromisin Gambar 4. Struktur kimia kloramfenikol Gambar 5. Struktur kimia tetrasiklin Gambar 6. Struktur kimia sulfanilamide dan trimetoprim Gambar 7. Struktur kimia nitrofurantoin Gambar 8. Struktur kimia isoniazid (INH) C. Penggunaan Antibiotika Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel ( penisilin dan sefalosforin ) atau membran sel ( kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin. Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes mata, dan tetes telinga. Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Tehnik khusus seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi. Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya tidak. Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan, dengan cara mengambil bakteri dari infeksi pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan penampakannya dapat membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensitivitas antibiotik juga dapat diuji(Silvia, 2009) Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar, seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan obat lain.Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya akan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya. Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh, Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur (teofilin, obat asma). Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik. Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan. Bila pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang. Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit. D. Dampak- dampak Penggunaan Antibiotika Dibawah adalah efek samping yang dialami pemakai apabila mengkonsumsi antibiotik : 1. Gangguan saluran cerna (diare, mual, muntah, mulas) merupakan efek samping yang paling sering terjadi. 2. Reaksi alergi. Mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir/kelopak mata, gangguan nafas, dll. 3. Demam (drug fever). antibiotik yang dapat menimbulkan demam bactrim, septrim, sefalsporoin & eritromisin. 4. Gangguan darah. Beberapa antibiotic dapat mengganggu sumsum tulang, salah satunya kloramfenikol. 5. Kelainan hati. antibiotik yang paling sering menimbulkan efek ini adalah obat TB seperti INH, rifampisin dan PZA (pirazinamid). 6. Gangguan fungsi ginjal. Golongan antibiotik yang bisa menimbulkan efek ini adalah aminoglycoside (garamycine, gentamycin intravena), Imipenem/Meropenem dan golongan Ciprofloxacin. Bagi penderita penyakit ginjal, harus hati-hati mengkonsumsi antibiotik. 7. Pemakaian antibiotik tidak pada tempatnya dan berlebihan (irrational) juga dapat menimbulkan efek negatif yang lebih luas (long term), yaitu terhadap kita dan lingkungan sekitar, contohnya: 8. Irrational use ini juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada 9. didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur. Kondisi ini disebut juga sebagai “superinfection”. 10. Pemberian antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resistance terhadap antibiotik, biasa disebut SUPERBUGS. Jadi jenis bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah dengan antibiotik yang ringan, apabila antibiotiknya digunakan dengan irrational, maka bakteri tersebut mutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis antibiotik yang lebih kuat. Bayangkan apabila bakteri ini menyebar ke lingkungan sekitar. Lama kelamaan, apabila pemakaian antibiotik yang irrational ini terus berlanjut, maka suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi jenis antibiotik yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini. Hal ini akan membuat kita kembali ke zaman sebelum antibiotik ditemukan, dimana infeksi yang diakibatkan oleh bakteri ini tidak dapat diobati sehingga angka kematian akan drastis melonjak naik. Selain hal diatas terdapat pula dampak positif dari penggunaan antibiotic, diantaranya: 1. Eritromisin merupakan alternatif pilihan setelah penisilin dalam pengobatan terhadap gonore dan sifilis dalam kehamilan. Diantara berbagai bentuk eritromisin yang diberikan peroral, bentuk estolat diabsorpsi paling baik, tetapi sediaan ini sekarang tidak lagi beredar di Indonesia karena hepatotoksik. 2. Isoniazid Obat ini termasuk obat tuberkulosis yang dikatahui menghambat pembelahan kuman tuberkulosis 3. Nitrofurantoin adalah antiseptik saluran kemih derivat furan. Obat ini biasa digunakan untuk infeksi saluran kemih . 4. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Dikatakan juga bahwa tetrasiklin mampu bertindak sebagai chelator logam berat, khususnya kalsium. 5. Penisilin adalah antibiotika yang termasuk paling banyak dan paling luas dipakai. Obat ini merupakan senyawa asam organik sebagai gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. BAB III SIMPULAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka kami simpulkan bahwa: 1. Antibiotik adalah salah satu obat yang paling sering diresepkan dalam kedokteran modern. 2. Menurut Silvia, terdapat lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan 3. Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih serius. 4. Banyak terdapat dampak-dampak yang akibat dari penggunaan antibiotic. REFERENSI Surini, Silvia. 2009. Macam Antibiotik dan Fungsinya. Diakses dari http://www.bloger.com/macam-antibiotik-dan-fungsinya.html pada tanggal 25 September 2011. Wijayati, Ellen. 1987. Pola Penggunaan Antibiotika. Jakarta: Temprint. Hoan Tjay, Tan. Dkk. 1978. Obat-obat Penting Khasiat dan Penggunaannya. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Gitawati, Retno. Dkk. 1987. Pola Resistensi Kuman Steptokokus dari Asbes Terhadap Tiga Antimikroba Golongan Pinisilin. Jakarta: Pusat Penelitian dan Penngembangan Farmasi.

1 komentar: