CHAPTER 3
PENCAPAIAN DAN WARNA-WARNI ME SAAT DI
ELEMENTERY SCHOOL
Me
atau yang dikenal dengan panggilan Pesek dari kecil, kini telah berusia 7
tahun. Diusia inilah Me mulai di panggil dengan nama aslinya yaitu Indah. Nama
yang diberikan oleh Mom, sebenarnya nama lengkapnya Indah Puji Rahayu. Nama
unik yang diberikan Mom dan diperoleh dari sebuah radio yang Mom dengarkan
waktu itu. Acara radio yang disiarkan yaitu acara anak-anak, ketika seorang
anak dipanggil untuk menyayikan lagu “KASIH IBU” oleh gurunya, “Indah Puji
Rahayu ayo maju Nak”, panggil sang guru, dibarengi tepuk tangan meriah dari
teman-temannya. Sejak itulah Mom menyimpan nama itu di memori Mom untuk anak ke-
2 nya nanti. Padahal, Mom tidak tahu
makna dari nama tersebut. Saat itu yang ada di benak Mom adalah anak yang di
panggil Indah nantinya bisa jadi anak yang pandai seperti anak kecil di radio.
“Orang yang luar biasa itu
sederhana dalam ucapan tetapi hebat dalam tindakan” (Confusius)
Dibalik
kekecewaan Indah berkobar semangat belajar yang tak terkalahkan. Indah mulai masuk ke sekolah dasar, tepatnya
di SDN 05 Doplang, percaya diri dan semangat belajar yang luar biasa yang
dijadikan modal awal. Semangat Indah membara dan dia berjanji untuk menjadi
bintang kelas. Hal ini terjadi karena kekecewaan Indah setahun yang lalu. Indah tidak diterima di
SDN tersebut dikarenakan Indah yang terlihat kecil dan mungil. Padahal, pada
saat itu Indah berusia 6 tahun tetapi masih belum diperbolehkan sekolah oleh
salah satu guru di SDN tersebut. Indah menangis sepulang dari pendaftaran
sekolah sambil menendang-nendang gedeg rumahnya. Ayah yang mengantar Indah mendaftar sekolah
menenangkan dia “sudah Nak, nggak apa-apa sekolah tahun depan, pasti nanti
Indah jadi juara kelas” kata Ayah. Indah mulai terhenti menangis sambil berkata
pada Ayah “kenapa Mbak Ika dan temen-temen diterima?. Indah nanti bermain
dengan siapa?, Ayah selalu ke sawah, Mom dagang”. Pada saat yang bersamaan, Mom
libur berdagang karena mendarat (membantu orang yang punya hajat/acara) di
rumah tetangga. Indah dianter Ayah supaya ikut Mom, sampai disana Indah kembali
menangis setelah Mom bertanya diterima atau nggak. Indah dilihat oleh tetangga
yang mendarat disitu, Mas Heri, anak terakhir dari yang punya hajat
menertawakan Indah ketika menjawab “tidak diterima”. Mas Heri dan Mom
menenangkan Indah. Mom berkata “udah Nduk jangan bersedih terus, mungkin Indah
akan lebih bahagia jika sekolah tahun depan”. Begitu pula dengan Mas Heri yang
mencoba menenangkan Indah, “temen-temen Indah masih banyak yang belum sekolah
tahun ini, Indah tidak sendiri kok”. Akhirnya Indah tersadar dan berhenti
menangis dan mulai tersenyum gembira.
Kesepian
Indah ketika Mbak Ika dan temen-temen ke sekolah bukanlah masalah yang besar. Kesepian kita bukan karena
tiadanya orang disekitar kita. Namun, karena tiadanya seorang di hati kita.
Kita dapat kehilangan saat-saat berharga yaitu ketika kita merasa enggan untuk
memberikan bantuan pada orang yang membutuhkan. Saat mengulurkan pertolongan,
tanpa sadar kita menjalin hati kita dan hati orang lain dengan dawai emas yang
tak tampak. Dawai itu bernama persaudaraan. Semakin banyak kita menjalin dawai
semakin jauh hati kita dari kesepian. Karena dawai-dawai itu akan mendentingkan
nada-nada yang memenuhi dan menghibur jiwa. Bangkitlah dan tebarkan uluran
tangan kita. Segaris senyum dan tatapan mata bersahabat cukup untuk
membangunkan bahwa kita sama sekali tak sendiri.
Setahun
dilalui Indah dengan membantu Ayah dan Mom mengerjakan pekerjaan rumah. Indah
tiap hari pagi dan sore harus mengambil air di sungai, mencuci piring, menyapu
dan membantu Ayah ngarit (mengambil rumput untuk pakan sapi). Hal –hal seperti
itu yang bisa dilakukan Indah saat usia 6 tahun. Perjuangan Indah ketika
mengambil air di sungai sungguh luar biasa. Indah harus menggendong jon (tempat
air dari tanah liat) seberat 5 L, jalan naik turun jurang dan melewati
persawahan sejauh 2 Km. Tiga sampai empat kali bolak-balik Indah lakukan setiap
harinya. Di desa pada saat itu belum ada sumur. Hampir semua penduduk di desa
hidup dengan air sungai. Sekitar tahun
2000 baru ada yang namanya sumur, dan yang bisa membuatnya hanya golongan orang
yang mampu. Menyapu rumah dilakukan Indah tiap pagi setelah bangun tidur,
kemudian mencuci piring. Indah menyapu bukan hanya lantai yang dari tanah,
tetapi juga membersihkan kandang sapi. Ngarit dikerjakan Indah dan Ayah sekitar
pukul 10an setelah Ayah dari sawah.
Karena
keseringan bersama Ayah di alam bebas, Indah jadi suka melihat burung-burung
kutilang di persawahan. Berawal dari situ, Indah di beri Ayah anakan burung
kulitang yang didapat dari pohon mangga pematang sawah. Dua ekor anakan burung
kutilang dirawat Indah di rumah. Dengan penuh kasih sayang Indah memeliharanya,
hingga dia tak pernah absen untuk memberi makan burung-burung itu tiga kali
sehari. Tak lupa seminggu sekali Indah memandikan burung- burung itu. Suatu
hari Indah pergi ngarit sendiri, ketika dia mulai menyabit rumput di depannya
dia mendengar kicauan burung di atas pohon randu di dekatnya. Indah seketika
menengok ke atas pohon, ternyata ada sarang burung tersebut. Suara kicauan
burung itu menandakan burung itu sedang memberi makan anak-anaknya. Terlintas
dipikiran Indah untuk mengambil anak burung tersebut dan merawatnya. Tak lama
setelah keranjang rumput yang Indah bawa penuh rumput. Indah tak ragu untuk
manjat ke pohon randu itu dan mengambil sarang burung, pastinya plus anakan
burung itu. Sesampainya di rumah, anakan burung itu dimasukkan ke sangkar. Ayah
mengetahuinya, dan bertanya pada dia “darimana kamu dapat anakan burung cendet
itu Nak?”. “Ohhhh, cendet nama burung ini ya Yah”, Indah balik bertanya.
“Makanan burung ini apa Yah?”, tanya Indah lagi. Ayah menjawab “ belalang, ulat
atau kepompong Nak”. Indah langsung berlari kembali ke sawah untuk mencari
belalang dan memberi makan burung cendetnya bersama burung kulitang.
Minggu
merupakan hari yang selalu ditunggu Indah karena saat-saat bisa bermain bersama
Mbak Ika dan temen-temen lainnya. Pagi hari Indah bersama Mbak Ika pergi ke
sungai untuk mengambil air sekaligus mencuci baju di aliran sungai. Mencuci
baju sekaligus bermain salto di sungai adalah salah satu kesukaan Indah masa
itu. Karena keasyikan bermain, waktu sudah siang dan terdengar suara adzan
dhuzur dari mushola di desa sebelah.
Indah bersama Mbak Ika dan temen-temen bergegas pulang. Di jalan menuju
rumah, Indah baru teringat ternyata dari pagi burung-burungnya belum diberi
makan. Sesampainya di rumah,Indah langsung melihat burung-burung di sangkar,
burung kutilangnya ternyata sudah kelaparan dan terlihat lesu, Indah langsung
mengambil pisang dan memberinya makan. Ternyata burung kutilangnya tidakmau
menelan pisang yang diberikan, burung itu terlihat sekarat. Tak lama kemudian
Indah mencari belalang untuk makanan burung cendetnya. Setengah jam kemudian
dia memperoleh belalang dan langsung pulang ke rumah. Indah kaget karena cendet
dan kutilangnya mati satu. Indah langsung meneteskan air mata, dan mulai
menguburnya di samping rumah. Indah menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi.
Indah berdoa “semoga Allah
membimbingku ke jalan yang benar”. Amin. Kita sering terlalu lemah untuk
percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa dan kita sering merasa cengeng dengan
kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang kita lalui?. Allah
memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat lemah, cengeng dan mudah
menyerah. Sesungguhnya Allah sedang menguji setiap hamba-NYa yang sholeh. (adapted from Irfan-seeds)
Kelas
1 di SDN 05 Doplang yang Indah jalani saat ini sekaligus perdana merasakan
bangku sekolah. Sebelumnya Indah tidak merasakan sekolah TK, karena tidak ada
biaya. Seragam merah putih, sepatu baru, buku baru, dan tas bekas dari Masnya yang
menemani Indah melangkah ke sekolah. Walaupun tidak semuanya baru, Indah tetap
semangat pergi ke sekolah untuk mencari ilmu dalam menggapai cita-cita terbesar.
Karena dalam sebuah perjalanan hidup, cita-cita terbesar adalah menuju
kesempurnaan. Ada kalanya kita mesti berjuang serta belajar menyikapi segala
rahasia dalam kehidupan. Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang
menentukan setiap tapak langkah kita. Setiap hembusan nafas, detak jantung,
dari siang menuju malam. Semua menuju titik yang sama, kesempurnaan. Apa rahasia terbesar dalam hidup
ini? Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman.
Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dengan iman
hidup menjadi terarah. Semua itu
dilalui Indah dengan rasa riang gembira yang menyelimuti hati Indah selama
sekolah. Selain ilmu yang dia dapatkan, Indah juga punya banyak teman. Hal ini
berkat dukungan dan doa Mom. Seperti kata bijak “ Kata yang paling indah dibibir umat manusia adalah kata
IBU dan panggilan yang paling indah adalah IBUKU. Ini adalah kata yang penuh
harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati”.
(Kahlil Gibran)
Di
sekolah, Indah dikenal pendiam, dan suka membaca buku. Dia minder dengan
teman-temannya yang banyak uang saku sehingga dia lebih sering membaca daripada
jajan di jam istirahat. Anti temen sebangku Indah dan juga temen sekampungnya
selalu mengikuti Indah. Jarang jajan di
sekolah dan malah Indah sudah terbiasa nyelengi (menabung di celengan). Uang
saku yang cuma 300 rupiah, dia tabung di celengan kendi dari tanah liat. Dengan
rasa syukur Indah melakukan segala sesuatu termasuk menahan keinginan jajan
demi menabung. Indah akan selalu membantu Mom, dia mencoba meringankan beban
Mom dan Ayah. Selain dengan menabung, Indah berangkat dan pulang sekolah jalan
kaki sejauh 3 Km. Semua terasa ringan bagi Indah karena dia menjalani dengan
ikhlas dan bersyukur seperti yang diajarkan Mom. Bersyukur mendorong kita untuk bergerak maju dengan penuh
antusias. Tak ada yang meringankan hidup kita selain bersyukur. Semakin banyak
kita bersyukur, semakin banyak kita menerima. Semakin banyak kita mengingkari
semakin berat beban yang kita jejalkan pada diri kita. Kebanyakan orang lebih
terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada
keberhasilan lalu mensyukurinya karena kita takkan pernah berhasil dengan
menggerutu dan berkeluh kesah.
Suatu
hari sebelum Indah berangkat ke sekolah, beberapa pekerejaan harus Indah
selesaikan terlebih dahulu. Pekerjaan yang dikerjakan antara lain: menyapu,
memcuci piring dan mengambil air di sungai. Setelah semua terselesaikan Indah
siap-siap untuk pergi kesekolah, terbayangkah di benak kalian?. Anak seusia
Indah harus berjuang demi meraih mimpi-mimpinya. Tak sedikitpun dia merasa
letih dan mengeluh dalam menjalani hari-harinya. Indah selalu menerapkan bahwa
setiap gerakan yang kita lakukan demi kebaikan dan tidak merugikan pihak lain
suatu saat akan membuahkan hasil, jika dikerjakan dengan ikhlas dan bersyukur.
Seperti halnya hukum sebab akibat: setiap peristiwa di jagat raya
ini adalah potongan- potongan mozaik terserak disana-sini. Tersebar dalam
rentang waktu dan ruang-ruang, namun ia akan bersatu perlahan-lahan, membangun
siapa diri kita. Lalu apapun yang kita kerjakan dalam hidup ini akan bergema
dalam keabadian
[……..] (sang pemimpi, Andrea Hirata).
Hari demi hari terlalui begitu cepat, tak
terasa sudah cawu pertama (catur wulan ) di kelas 1. Persiapan untuk menghadapi
ujian cawu pertama pun Indah lakukan dengan tekun belajar. Ketekunan belajar
telah Indah miliki sejak kecil, tak hanya belajar, beribadah, menabung dan
bekerja juga terlihat dalam diri Indah.
Di cawu pertama Indah menyelesaikan ujian dengan baik. Ketekunan dalam
belajarnya, membuahkan hasil, Indah memperoleh peringkat 2 di kelas. Peringkat
1 diraih oleh Sumian yang tanggal lahirnya bertepatan dengan Indah. Perasaan
Indah seneng tetapi dia belum puas dengan prestasi yang dia raih. Indah harus
rajin belajar lagi supaya dapat meraih peringkat 1. Catur wulan berikutnya dan
untuk seterusnya sampai di kelas 6 Indah bisa jadi juara 1. Hal ini tidak
mungkin Indah dapat tanpa usaha dan doa. Sebenarnya Indah bukan cerdas tetapi
dia tekun.
Ketekunan
Indah membawa perubahan dalam keluarganya terutama Ayah dan Mom. Beribadah
adalah tugas utama manusia di ciptakan. “Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.(Q.S. Az-Zariyat:56). Ayah dan Mom yang dari dulu tidak pernah
sholat lima waktu, sekarang sudah dijalankan. Walaupun kadang ada yang lupa,
Indah memahaminya karena semua itu perlu proses. Usaha Indah untuk memperbaiki
kehidupan keluarga memang tidak semudah yang kita bayangkan. Tetapi Indah tak
pernah menyerah, setiap hari dia tekun mengajari Ayah dan Mom hafalan dalam
sholat. Mereka lemah dalam membaca tulisan arab sehingga Indah harus menulis
dalam tulisan latin Indonesia supaya dihafalkan oleh Ayah dan Mom. Ilmu yang
Indah dapat selama mengikuti ngaji (belajar agama) di mushola deket rumah dan
di masjid desa Klatak ternyata tak sia-sia. Ngaji adalah rutinitas yang
dilakukan Indah setiap sore di masjid desa Klatak dan setiap habis magrib di
mushola deket rumah Indah. Dari ketekunannya mengikuti ngaji inilah dia bisa
membawa Ayah dan Mom menjadi lebih baik.
Ketekunan adalah kekuatan Anda (inspirasi tokoh-tokoh komik dunia). Apa yang Anda raih
sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang anda lakukan terus menerus.
Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila anda yakin pada tujuan
dan jalan anda maka anda harus memiliki ketekunan untuk tetap berusaha.
Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan.
Anda harus tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di
langkah pertama. Memang semakin jauh anda berjalan, semakin banyak rintangan
yang menghadang. Bayangkan andai saja kemarin anda berhenti, maka anda tidak
berada di sini sekarang. Setiap langkah menaikkan nilai diri anda. Apa pun yang
anda lakukan jangan sampai kehilangan ketekunan anda. Karena ketekunan adalah
daya tahan anda.