ZAT ADITIF MAKANAN
Pengertian Zat Aditif
Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 329/ Menkes/ PER/ XII/76, yang dimaksud zat adiktif
makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan
pada makanan
selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu.
Penambahan zat
aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan
agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai
gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
(Winarno,1986:214)
Pada awalnya zat-zat aditif
tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif
alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang
membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin
bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami
tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan
yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari
zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan
dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.( http://www.tentangbiologi.co.cc/)
Macam-macam
Zat Aditif
Pada umumnya zat aditif dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu:
1.
Aditif sengaja
Aditif yang diberikan dengan sengaja, dengan maksud dan tujuan tertentu,
misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan
keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan sebagainya.
2.
Aditif tidak
sengaja
Aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai
akibat dari pengolahan. (Winarno,1986:214)
Zat aditif pada makanan secara umum
terdiri dari:
a)
Zat Pewarna (coloring agent)
Adalah
bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih
menarik. Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik: Anato (orange) a. Biru
berlian (biru) Karamel (cokelat hitam) b. Coklat HT (coklat) Beta karoten
(kuning) c. Eritrosit (merah) Klorofil (hijau) d. Hijau FCF (hijau). Zat-zat
pewarna lainnya misalnya, carbon black yang memberikan warna hitam dan titanium
oksida untuk memberikan warna putih secara intensif. (Winarno, 1984:65)
b)
Penyedap rasa dan aroma serta
penguat rasa
Zat
aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.
Penyedap rasa dan aroma (flavour) Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan
berasal dari golongan ester. Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil
valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)
Penguat rasa (flavour echancer). Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang
paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari
dikenal dengan nama vetsin. (http://m.Abatasa.com)
c)
Zat pemanis buatan(Sweetener)
Bahan
ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin
(kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat
(kemanisannya 50x gula) dan serbitol. Zat pemanis ini dapat menolong
orang-orang yang tidah boleh makan gula.
d)
Pengawet(food preservative)
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Contoh
bahan pengawet dan penggunaannya: Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium
benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar ketimun dalam botol dan caos.
Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju. Natrium nitrit (Na No2),
untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan. Asam propionate, untuk
roti dan sediaan keju olahan. .( http://www.tentangbiologi.co.cc/)
e)
Antioksidan
Zat
aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi. Contoh:
Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.
Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.
f)
Pengemulsi, pemantap, dan
pengental
Zat
aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang
homogen pada makanan. Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab, turunan-turunan
dari protein dan bahan-bahan lainnya yang dapat menstabilkan, memekatkan atau
mengentalkan makanan yang dicampur dengan air untuk membentuk kekentalan
tertentu atau gel. (Winarno, 1984:68)
g)
Pemutih(bleaching agent) dan
pematang tepung
Zat
aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga
dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida,
dan kalium bromat. Hidrogen peroksida dapat digunakan untuk memutihkan warna
susu yang digunakan untuk membuat keju. Sedangkan pemetang tepung adalah bahan
yang dapat mengoksidasi pati menjadi bahan-bahan yang larut dalam air, misalnya
natrium hipokhlorit. (Winarno, 1984:68)
h)
Pengatur keasaman
Zat
aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat,
asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat.
i)
Anti kempal
Zat
aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh:
aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja).
j)
Pengeras
Zat
aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh:
aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada
buah kalangan)
k)
Sekuestran
Adalah
bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada
lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA
dan dinatrium EDTA. Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbanngan
pembentukan komplek ion logam dengan sekuestran. Secara umum dapat di tuliskan
L + S ↔ LS. (Winarno, 1986:215)
l)
Penambah gizi
Zat
aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk
memperbaiki gizi makanan. Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan
vitamin D. Asam amino disini digunakan pada penambahan lysine kedalam tepung
gandum.
Keuntungan zat aditif
Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan
meningkatkan mutu makanan dan pengaruh negatif bahan tambahan pangan terhadap
kesehatan.
Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk yang
lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan konsentrasinya baik serta awet
maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan nama lain “food
additive”.
Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di
Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan
Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan maksimum penggunaannya.
Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat 1 dan 2
beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada
intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan
tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.
Namun demikian penggunaan bahan tambahan
makanan tersebut yang melebihi ambang batas yang ditentukan ke dalam makanan
atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek sampingan yang tidak
dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya untuk
dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada
umumnya bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum
dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut
ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan
tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat
tanpa mengalami resiko kesehatan.
ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen
dan sebagai standar digunakan berat badan 50 kg untuk negara Indonesia dan
negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan tambahan makanan
per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg, kunyit
(turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg.
Untuk menghitung batas penggunaan maksimum
bahan tambahan makanan, digunakan rumus sebagai berikut
BPM = ADIxB x1.000 / K (mg / kg)
Di mana BPM = batas penggunaan maksimum (mg/kg)
B = berat badan (kg)
K = konsumsi makanan (gr)
Contoh: Hitung BPM bahan tambahan makanan
yang mempunyai ADI 2 mg untuk konsumsi makanan harian yang mengandung bahan
tersebut (1 kg) dan bobot badan 60 kg ?
Jawab
BPM = ADIxB x1.000 / K (mg / kg)
= 2 x 60 x 1.000 /1.000
= 120 mg/kg
Jadi batas penggunaan maksimum bahan tambahan
makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk 1000 gr makanan yang dikonsumsi konsumen
yang berbobot 60 kg adalah 120 mg/kg. Perlu diingat bahwa semakin kecil tubuh
seseorang maka semakin sedikit bahan tambahan makanan yang dapat diterima oleh
tubuh. (Lutfi, Achmad,2009:2)
Pertanyaan
1. Jelaskan
mengapa MSG yang ditambahkan terlalu banyak dalam makanan bisa menyebabkan
kanker!
2. Sebutkan
sekuestran yang dapat mengikat logam dengan baik dan berilah contoh dengan reaksinya!
REFERENSI
Affandi.2007. Zat
Aditif. Diakses dari http://m.Abatasa.com pada
tanggal 2 April 2011.
network.Zat Aditif pada Makanan _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia
Indonesia
_.htm pada
2 April 2011.
Tanpa Nama. 2010. Zat Aditif pada Makanan. Diakses dari
http://www.tentangbiologi.co.cc/ pada tanggal 2 April 2011.
Winarno,
F.G., Fardiaz, S, dan Fardiaz, D. 1984. Pengantar
Teknologi
Pangan. Jakarta: Gramedia.
Winarno, F.G.1986.
Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar