CHAPTER 1
BAIT- BAIT KENANGAN ME DI POJOK DESA
Me panggilan masa kecilnya adalah Pesek. Bayi perempuan yang
dilahirkan dari rahim A GREAT MOM. Bayi ke- 2 yang lahir tepat tanggal 13 Juni
1990. Pesek sejak lahir sampai berusia 6 bulan dirawat dengan penuh kasih
sayang oleh Mom. Kehidupan pesek masa itu tak seperti masa kalian saat ini.
Hidup di Ngasem, desa terpencil, jauh dari keramaian kota, listrik pun tak ada,
dan juga dikenal dengan desa kekeringan. Dibesarkan di tengah keluarga sederhana ( keluarga petani
). Keluarga yang serba bergantung dengan hasil panen padi yang tak tentu karena
sawah yang digarap hanya sawah tadah hujan, jika hujan mengguyur, maka panen
sangat diharapkan oleh keluarga pesek.
Pesek seorang bayi kecil yang tiap
hari harus menerima ejekan dan kehidupan tak tentu. Pesek yang belum mengenal
kehidupan harus merasakan pahitnya hidup. Dia harus mendengar ejekan tetangga
yang di lontarkan kepada Ayah dan Mom. Tangisan pesek membuat Mom selalu berdoa
kepada Allah “semoga kelak
anakku bisa membuktikan kepada mereka, bisa mengangkat derajat keluarga . Amin“.
Mom yang berjuang merawat Pesek sambil memutar otak untuk bekerja, membantu
Ayah supaya bisa menabung untuk menyekolahkan Pesek kelak. Sedangkan Mas ( *
sebutan untuk kakak laki-laki) yang sudah berumur 9 tahun dan sekarang sudah
kelas 3 SD, dia hidup bersama nenek ( ibu dari Ayah). Ketidaktentuan inilah membuat
Mom bertekad untuk bekerja dan memperbaiki kehidupan keluarga.
Upaya yang Mom lakukan demi
mematahkan ejekan yang dilontarkan dan demi kehidupan keluarga yang lebih yaitu
dengan bekerja. Apa pun yang akan Mom lakukan tak lepas dari risiko yang
terjadi. Salah satunya meninggalkan pesek tanpa kasih sayangnya. Mom bekerja
dan Pesek harus ditinggalkan seharian. Tekad Mom untuk bekerja, membuatnya rela
meninggalkan Pesek yang baru berusia 6 bulan bersama Ayah dan Simbah atau Ibu
dari Mom (* Simbah adalah sebutan untuk nenek dalam istilah Jawa). Bayangkan coba
!!!! bayi usia 6 bulan yang ditinggal seharian tanpa ASI dan belaian kasing
sayang Mom. Apakah kelak nanti akan tumbuh sebagai anak yang baik? Baik dalam
hal lahir maupun batin. Anda bisa menjawab sesuai kemampuan yang Anda miliki
saat ini, hehe.
Pekerjaan
yang bisa Mom jalani saat itu adalah sebagai pedagang sayuran keliling. Modal
pokok yang hanya 15 ribu rupiah mungkin sekarang setara 150 ribu kali ya???.
Modal yang sangat pas-pasan dan ilmu dagang yang baru seuprit. Mom harus
berangkat pagi dan pulang magrib. Sepeda tua dan bojok dari bambu buatan Ayah
yang menemani Mom berjualan keliling desa nan jauh di mato, desa tetangga yang
berjarak 15 Km dari desa Pesek tinggal. Jalanan yang masih berbatu dan terjal harus
Mom lewati tiap hari bolak balik. Mengapa harus menjadi pedagang sayuran?
Mungkin Anda bertanya-tanya. Coba kita berpikir sejenak, pekerjaan yang mungkin
Mom jalani selain pedagang keliling, apa coba? Modal seirit motor Honda, dan
sarana prasarana hanya sepeda ontel. Apakah yang kalian bisa lakukan dengan
keadaan demikian? Jika Anda menemukan jabawannya,,kirim jawaban Anda ke 363xx
(he.he). Hadiahnya berupa “Selamat Anda telah berhasil dengan ideAnda untuk
terus berusaha walaupun dengan keterbatasan”. Mungkin Anda berharap hadiahnya
berupa uang. Yak an??????
Hadiah
sebenarnya yang kita punya setiap harinya adalah waktu. Bayangkan ibarat ada
sebuah bank yang memberi Anda pinjaman uang Rp 136.000,- per hari. Semua uang
itu harus Anda gunakan. Pada malam hari bank akan menghapus sisa uang yang
tidak Anda gunakan selama sehari. Coba tebak apa yang akan Anda lakukan? Tentu
saja menghabiskan semua uang pinjaman itu. Karena ia tidak akan memberikan sisa waktunya
pada Anda. Ia juga tidak memberikan waktu tambahan. Setiap waktu yang kita
punya gunakanlah untuk berpikir, bertindak dalam hal yang positif. Jam terus
berdetak gunakan waktu Anda sebaik-baiknya dalam menjalani hidup walaupun
dengan keterbatasan. Betapa pentingnya waktu setahun, tanyakan pada murid yang
tak naik kelas. Waktu sebulan, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi
premature. Waktu seminggu, tanykan pada editor majalah mingguan. Waktu sejam,
tanyakan pada kekasih yang menunggu
untuk bertemu. Waktu semenit, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat
terbang. Waktu sedetik, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari
kecelakaan. Dan waktu semilidetik, tanyakan pada peraih medali perak olimpiade.
Hargailah setiap waktu yang Anda miliki, dan ingatlah waktu tidaklah menunggu
siapa-siapa. Sahabat yang
paling baik dari kebenaran adalah waktu, musuhnya yang paling besar adalah
prasangka, dan pengiringnya yang paling setia adalah kerendahan hati.
(Inspirited by Caleb Charles Colton).
Keseharian, Mom menjalani hidup
dengan penuh perjuangan dan tekanan batin. Pagi sebelum adzan subuh
berkumandang, Mom bangun untuk memasak buat Ayah dan Mas sekaligus bersiap-siap
untuk mengais rezeki. Adzan subuh berkumandang Mom bergegas berangkat tanpa
sholat subuh terlebih dahulu. Keluarga Pesek memang belum mengenal jauh tentang
agama. Rukun islam belum ada yang keluarga Pesek kerjakan. Mom menggayuh sepeda
menuju pasar menempuh jarak 3 Km. Keringat dan semangat Mom bercampur jadi satu
yang tak mematahkan asa untuk hidup lebih baik. 15 Km yang Mom tempuh tiap hari
bersama sepada ontel dan pikiran rindu terhadap Pesek. Tekanan batin Mom
terpecah seketika, saat melihat si pesek tadi pagi yang memberikan senyuman hangat
sebelum Mom berangkat kerja. Senyuman hangat si Peseklah yang mampu
membangkitkan semangat Mom hari itu. Bagaimana dengan hari-hari berikutnya?
Apakah hanya senyuman Pesek yang bisa memecahkan tekanan batin Mom? Tentu saja
bukan itu saja, hal lain yang bisa memacu perjuangan Mom adalah pembuktian
untuk hidup lebih baik.
Sewaktu Mom bekerja, Pesek bersama
Simbah dan dia tak pernah rewel. Pesek digendong Simbah dan diberi air tajin
(air rebusan beras sebelum jadi nasi) untuk menggantikan ASI selama Mom
bekerja. Begitulah Si Pesek menjalani hidupnya. Simbah merawatnya seperti
merawat Mom sewaktu kecil, digendong dan sering digendingin (dinyayiin lagu
supaya tidur). Salah satu gending yang sering diberikan Simbah “tak lelo lelo lelo legong sokben
gede dadi wong agung” sampai sekarang masih tersimpan di memori Si
pesek. Gending itu ucapan doa yang diungkapkan dengan lagu, sehingga perjalanan
hidup Pesek harus bisa seperti doa Simbah. Doa supaya kelak jadi orang yang
berguna bagi sesama, bukan orang yang selalu jadi bahan ejekan.
Di samping itu, Mom berjuangan untuk
menjual dagangannya sampai habis, Ayah memelihara sapi dan pergi ke sawah.
Menggarap sawah walaupun hanya sepetak atau setara dengan 1/8 ha. Mom dan Ayah
selalu bersyukur dan ikhlas menjalani hidup ini. Setelah dagangan Mom habis
terjual, Mom bergegas untuk pulang dan Ayah selalu bersiap menjemput Mom di
perbatasan desa karena hari sudah malam. Walaupun demikian, hati Ayah dan Mom
selalu senang. Sesampai di rumah Mom membersihkan diri dan langsung menyusui
Pesek sampai tertidur, yang seharian bersama Simbah tanpa merasakan ASI.
Padahal Mom sendiri blm makan, itulah A great Mom. Membohongi diri sendiri demi
kasih sayang anaknya. Salah atu dari 8 kebohongan yang sering Mom lakukan dan
tak pernah kita sadari.
Setelah
Pesek tidur, Mom makan kemudian menghitung omset dari penjualan sehari,
omsetnya sih tak seberapa dibandingkan perjuangannya, akan tetapi Mom selalu
berfikir positif. Tindakan yang kita lakukan
adalah cerminan bagaimana kita melihat dunia. Sementara dunia tak seluas
dari pikiran kita tentang diri kita masing-masing. Itulah mengapa Mom selalu
berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih
indah dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran
kita. Padahal dunia tak butuh penilaian apa-apa dari kita. Dunia hanya
memantulkan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia,
sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.
Selain berprasangka positif, Mom memegang
keyakinan bahwa untuk menjadi orang besar dimulai dari hal yang kecil. Pepatah
sederhana tapi sungguh luar biasa “sedikit demi sedikit, lama- lama menjadi bukit”. Kita biasa
memaknainya bahwa bila kita mengumpulkan sesen demi sesen pada saatnya kita
akan mendapatkan sepundi. Namun pepatah ini tak sekedar berbicara tentang
ketekunan menabung. Pepatah ini meyiratkan tentang sesuatu yang lebih bernilai
dari sekedar sekantung keping emas, yaitu bila kita mampu mengumpulkan kebaikan
dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan dapati kebesaran
dalam jiwa kita. Tindakan –tindakan kecil yang biasa Mom lakukan dengan
secercah kasih sayang di dalamnya yaitu: ucapan terima kasih, senyum 2 2 7 (
lebar bibir 2 cm kanan, 2 cm kiri, selama 7 detik), sapaan ramah dan hangat,
atau pelukan kasih sayang. Hal ini tindakan yang sepele yang bisa dilakukan
semua orang. Mom melakukannya kepada semua orang.
Walaupun bukan di desa sendiri, Mom
justru mendapatkan perlakuan yang lebih baik. Karena Mom menjalani dan
menikmati kerjaannya dengan prinsip, salah satunya Mom harus tahu bagaimana
cara membuat orang lain menerima kita. Mom melakukannya dengan dengan tindakan
- tidakan sepele yang dapat membuat kita disenangi dan dihormati dimanapun kita
berada. “Satu- satunya
unsur terpenting dalam formula keberhasilan adalah mengetahui cara bergaul
dengan orang lain” (Theodore Roosevelt, Presiden AS). Hal yang sering
Mom lakukan yaitu sapaan dengan penuh kehangatan, yang dapat membuat orang lain
bahagia. Bukan malah mengolok- olok atau malah merendahkan harga dirinya,
seperti yang terdapat dalam firman-Nya: Hai
orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
(karena) boleh jadi wanita – wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari
wanita-wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah beiman dan barang siapa tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.
(Q.S. Al-Hujarat: 11).
Dua tahun Pesek dan Mom hidup penuh perjuangan dan akhirnya
memanen hasilnya. Dengan keuletan dan ketekunan Mom serta pengorbanan Mom
terhadap Pesek, merelakan Pesek kurang ASI,
Kehidupan yang lebih layak kini dirasakan keluarga Pesek. Tabungan Mom,
hasil panen, serta hasil kerja Ayah sebagai tukang (orang yang memperbaiki
rumah kayu) dan anak sapi yang dipelihara, patut disyukuri. Kita wajib
mensyukuri apa pun yang menimpa kita. Ini bukan masalah keberuntungan.
Bersyukur menuntun kita untuk senantiasa menyingkirkan sisi negative dari
hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa kita tidak realistis. Namun,
sebenarnya sikap kita jauh lebih realistis, yaitu membebaskan diri kita dari
kecemasan atas kesalahan dan ejekan orang. Bawasanya bersyukur mendorong kita
untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Karena kita tak akan pernah berhasil
karena menggerutu dan berkeluh kesah. Kita berhasil karena berusaha dan berdoa.
Sedangkan usaha yang kita lakukan karena melihat sisi positif. Hanya dengan
bersyukurlah sisi positif itu tampak di pandangan kita.
[by Indah Puji Rahayu]