Minggu, 02 September 2012

REFLEKSI DIRI


REFLEKSI DIRI

Nama                          : Indah Puji Rahayu
NIM                            : 4301409017
Prodi                           : Pendidikan Kimia
Jurusan / Fakultas    : Kimia / FMIPA

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat mengikuti PPL pada semester gasal ini. Terlebih dahulu praktikan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya pada pihak sekolah beserta jajarannya atas kerjasama dan dukungannya dari awal penerjunan hingga akhir PPL1 ini.
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah wajib bagi prodi kependidikan di perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi yang merupakan kawah candradimuka yang bertugas menempa mahasiswa didik untuk mampu terjun ke masyarakat dengan berbagai tuntutan sosial yakni Universitas Negeri Semarang (UNNES). Misi utama UNNES sebagai lembaga pendidikan tinggi yaitu menyiapkan tenaga terdidik untuk siap bertugas dalam bidang pendidikan, baik sebagai pendidik atau guru maupun tenaga kependidikan lainnya. Mata kuliah yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Upaya  yang dilakukan untuk pembekalan dan penyiapan calon pendidik adalah dengan adanya kegiatan PPL. Oleh karena itu komposisi kurikulum pendidikan untuk program S1, tidak terlepas dari komponen PPL berupa praktik keguruan/ pengajaran di sekolah-sekolah latihan bagi para calon tenaga pendidik. Praktik non keguruan untuk para calon tenaga kependidikan lainnya, seperti calon konselor, calon laboran, seniman, perancang kurikulum, dan pendidik masyarakat.
Praktikan melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan I (PPL I) di SMA Negeri 4 Semarang  pada tanggal 1- 11 Agustus 2012. Selama proses PPL I, praktikan memperoleh banyak hal yang membantu praktikan untuk mengembangkan kompetensi atau kemampuan diri sebagai calon pendidik. Hal- hal yang dilakukan diantaranya: 1) melakukan observasi dan orientasi secara umum terkait dengan keadaan sekolah SMA N 4 Semarang, 2) mengamati kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan keadaan lingkungan sekolah yang mendukung dalam proses pembelajaran, 3) menganalisis model, metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru pamong selama mengajar sebagai referensi penyusunan perangkat pembelajaran pada PPL2..
Berikut ini merupakan refeksi dari kegiatan PPL yang dilakukan di SMA Negeri 4 Semarang tahun pelajaran 2012/2013
1.      Kekuatan dan kelemahan pembelajaran kimia
Kimia merupakan cabang sains yang  mempelajari tentang komposisi, susunan, sifat dari materi dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Dalam mempelajari kimia, siswa perlu membangun suatu struktur berpikirnya dan mengaktifkan keterampilan proses. Tingkatan berpikir yang diharapkan dari siswa  dalam mempelajari kimia  adalah dalam tingkatan berpikir runtut dan keterampilan proses sains yang memadai, bukan sekadar tingkat hafalan materi, menguasai perhitungan dan pemahaman konsep. Mata pelajaran kimia mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki dalam pembelajaran kimia adalah  pembelajarannya dapat dilakukan dengan bermacam-macam variasi model dan metode pembelajaran. Materi yang ada dalam pelajaran kimia merupakan gabungan dari teori dan hitungan. Oleh karena itu kimia lebih mudah dipahami dibanding pelajaran eksakta dengan dominasi hitungan lainnya. Kelemahan dari pembelajaran kimia adalah materi kimia yang abstrak, mikroskopis dan makroskopis akan sulit ditransfer kepada siswa apabila model dan media pembelajarannya tidak cocok atau apabila pembelajarannya hanya dilakukan dengan metode konvensional karena setiap materi penyusun mata pelajaran ini mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Selain itu pembelajaran juga akan sulit dilakukan apabila guru atau tenaga pengajar tidak memiliki kualitas yang baik.  Guru dituntut untuk menjadi tenaga pengajar yang baik sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

2.      Ketersediaan sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di SMA Negeri 4 Semarang cukup  menunjang proses pembelajaran kimia. Hal ini ditandai dengan tersedianya ruang kelas yang nyaman, kondusif dan lengkap dengan LCD sebagai tempat berlangsungnya pembelajaran kimia. Selain itu sekolah tersebut juga dilengkapi sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang lain seperti adanya laboratorium kimia, perpustakaan, ruang multi media dan juga internet. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut proses pembelajaran kimia di sekolah tersebut dapat berlangsung secara optimal.

3.      Kualitas guru pamong dan dosen pembimbing
Guru pamong mata pelajaran kimia di SMA Negeri 4 Semarang adalah Drs. Agus Adi Pramono. Sebagai guru pamong beliau memiliki kualitas yang baik dan sudah mempunyai banyak pengalaman sebagai guru mata pelajaran kimia. Dalam mengajar beliau tidak hanya menggunakan metode pembelajaran yang konvensional/ ceramah saja melainkan juga menggunakan metode-metode pembelajaran yang lain yang dapat mengaktifkan siswa. Kreativitas siswa juga diperhatikan dengan seksama sehingga siswa tidak tergantung pada penyampaian materi dari guru saja tetapi siswa juga dituntut untuk aktif dalam mengkonstruk konsep-konsep baru yang belum mereka pahami. Siswa berlatih untuk mengasimilasi pengetahuannya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dosen pembimbing mata kuliah ini adalah Prof. Drs. Achmad Binadja, Apt., MS, Ph.D dalam sistem perkuliahan di UNNES beliau mengampu mata kuliah farmasi dan pembelajaran kimia dalam bahasa Inggris. Selain itu beliau juga dosen ahli dalam pendekatan SETS bidang kimia. Beliau mempunyai kualitas dan kemampuan yang baik dalam membimbing dan mengarahkan mahasiswa PPL.

4.      Kualitas pembelajaran di SMA Negeri 4 Semarang
Pembelajaran di SMA Negeri 4 Semarang sudah baik. Selain didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, proses pembelajaran juga di lakukan oleh guru-guru berkompeten dibidangnya, yaitu guru yang mampu menggunakan metode-metode dan model-model pembelajaran yang tepat serta mampu menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia secara optimal sehingga proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.

5.      Kemampuan diri praktikan
Praktikan sebagai mahasiswa program studi Pendidikan kimia memang sudah dibekali ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan mata pelajaran kimia, namun ilmu pengetahuan tersebut belum cukup dan juga belum mempunyai pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran di dunia pendidikan yang sebenarnya walaupun praktikan sudah mengajar di bimbingan belajar tertentu . Sehingga dengan PPL ini diharapkan praktikan memperoleh lebih banyak ilmu pengetahuan dan juga pengalaman-pengalaman yang belum diperoleh dari UNNES.

6.      Nilai tambah yang diperoleh mahasiswa setelah melaksanakan PPL 1
Pelaksanaan PPL 1 memberikan mahasiswa pengetahuan yang lebih banyak yang belum dapat diperoleh di perkuliahan, selain itu mahasiswa juga mendapat pengalaman-pengalaman baik itu dalam hal manajemen sekolah, maupun pengalaman di bidang pengajaran.

7.      Saran pengembangan bagi SMA Negeri 4 Semarang dan UNNES
Saran yang dapat mahasiswa sampaikan kepada SMA Negeri 4 Semarang adalah peningkatan kualitas pendidikan baik dari segi prngajaran, sarana dan prasarana yang ada seperti perawatan dan inventarisasi alat dan bahan di laboratorium kimia sehingga dapat digunakan oleh siswa dengan maksimal. Selain itu diharapkan sekolah tersebut dapat mengelola laboratorium dengan adanya laboran dan kegiatan terprogram diluar jam pelajaran seperti eksperimen kimia yang dilakukan tim siswa sehingga siswa lebih berekplorasi dengan ide-ide yang mereka punyai.
Saran yang dapat mahasiswa sampaikan kepada UNNES adalah agar UNNES lebih terstruktur dalam menyusun penempatan PPL dan memfasilitasi PPL baik itu dalam hal pembekalan maupun pelaksanakan PPL.

Demikian refleksi yang dapat saya sampaikan setalah mengikuti PPL1 pada tanggal 1-11 Agustus 2012.




                                                                                    Semarang, 11 Agustus 2012

Guru Pamong                                                              Guru Praktikan




Drs. Agus Adi Pramono                                             Indah Puji Rahayu
NIP. 196108211985031021                                       NIM 4301409017

SOAL SNMPTN

Gunakan PETUNJUK A untuk menjawab soal nomor 46 sampai dengan nomor 55! 46. Unsur yang mempunyai diagram elektron valensi pada keadaan dasar seperti berikut adalah ... ­¯ ­ ­ ­ ns np
(A) 6C (B) 8O (C) 15P (D) 13Al (E) 16S

47. Bila 2,30 g dimetileter (Mr = 46) dibakar pada tekanan tetap, kalor yang dilepaskan adalah 82,5 kJ. Berdasarkan data ini, kalor pembakaran dimetileter adalah ...
(A) – 413 kJ/mol (B) + 825 kJ/mol (C) – 825 kJ/mol (D) + 1650 kJ/mol (E) – 1650 kJ/mol

48. Percobaan kinetika reaksi X + Y ® P + Q menghasilkan data sebagai berikut. Konsentrasi awal No X (mol dm-3) Y (mol dm-3) Waktu reaksi (detik) 1 0,4 0,01 152 ± 8 2 0,8 0,01 75 ± 4 3 1,2 0,01 51± 3 Orde reaksi terhadap X adalah ..
. (A) nol (B) setengah (C) satu (D) dua (E) tiga www.onlineschools.name 378 Halaman 2

 49. Dalam sebuah generator, sejumlah 12,6 gram CaH2 direaksikan dengan air menurut persamaan reaksi: 2( ) 2 ( ) 2( ) 2( ) 2 ( ) 2 s aq g CaH + H O ®Ca OH + H l Gas hidrogen yang dihasilkan diukur pada P dan T dimana pada keadaan tersebut 16 gram oksigen memiliki volume 10 liter. Volume gas hidrogen yang dihasilkan dalam reaksi di atas adalah ... (Ar H = 1, O = 16, Ca = 40)
  (A) 0,6 L (B) 1,2 L (C) 3,0 L (D) 6,0 L (E) 12,0 L

50. X dan Y adalah dua unsur gas yang dapat membentuk senyawa XY sesuai reaksi: 2( ) 2( ) ( ) 2 g g g X +Y ® XY DH = a kJ 2( ) 2( ) ( ) 2 l X Y XY g g + ® DH = b kJ 2( ) 2( ) ( ) 2 g g s X +Y ® XY DH = c kJ Kalor sublimasi senyawa XY (kJ/mol) pada penurunan temperatur adalah ..
. (A) ½ (c – a) (B) c – a (C) ½ (a – c) (D) a – c (E) a – b – c

 51. Diketahui 5B, 9F, 14Si, 16S, 54Xe. Pasangan senyawa yang mengikuti aturan oktet adalah ...
(A) SF4 dan XeF4 (B) BF4- dan SiF4 (C) SF4 dan SiF4 (D) SiF4 dan XeF4 (E) BF4- dan SF4

52. Suatu senyawa hidrokarbon CxHy (g) dibakar secara sempurna dengan oksigen berlebih sehingga menghasilkan 264 g CO2 (Mr = 44) dan 54 g H2O. Rumus molekul yang mungkin bagi hidrokarbon tersebut adalah ...
(A) C4H10 (B) C4H8 (C) C5H10 (D) C6H6 (E) C6H8

53. 100 mL HCOOH 0,01 M dicampur dengan 100 mL HCOONa 0,005 M. Campuran tersebut ditambahkan air sehingga volumenya 500 mL. Jika Ka HCOOH adalah 4 1,8 10 × − , maka pH campuran tersebut adalah ...
 (A) 5 – log 3,6 (B) 5 – log 3,2 (C) 4 – log 7,2 (D) 4 – log 3,6 (E) 4 – log 1,8 www.onlineschools.name 378 Halaman 3

54. Diketahui Kf air = 1,86. Ar H = 1, C = 12, dan O = 16. Titik beku air dalam radiator mobil yang berisi cairan dengan perbandingan 62 g etilen glikol, HOCH2CH2OH, dalam 500 g air adalah ...
 (A) – 0,93oC (B) – 1,86oC (C) – 3,72oC (D) – 5,58oC (E) – 7,64oC

55. Pemanasan natrium bikarbonat akan menghasilkan CO2 menurut rekasi berikut: 2 ( ) ( ) ( ) ( ) 3 2 3 2 2 NaHCO s Û Na CO s +CO g + H O g Jika pada 125oC nilai Kp untuk reaksi tersebut adalah 0,25 maka tekanan parsial (atm) karbondioksida dan uap air dalam sistem kesetimbangan adalah ...
 (A) 0,25 (B) 0,50 (C) 1,00 (D) 2,00 (E) 4,00
 Gunakan PETUNJUK B untuk menjawab soal nomor 56 sampai dengan nomor 57!
56. Dimetileter lebih polar dibandingkan etanol. SEBAB Senyawa organik golongan alkohol selalu mengandung gugus hidroksil.

57. Etanol dapat dibuat dari reaksi antara bromoetana dengan NaOH. SEBAB Ion OH- lebih basa dibandingkan dengan Br-. Gunakan PETUNJUK C untuk menjawab soal nomor 58 sampai dengan nomor 60!

 58. Penambahan 81 mg Na2CrO4 (Mr = 162) ke dalam 1 L larutan yang mengandung Ba(NO3)2 dan Pb(NO3)2 masing-masing dengan konsentrasi 0,01 M menghasilkan ... (1) PbCrO4 (2) BaCrO4 (3) endapan berwarna kuning muda (4) endapan garam rangkap

59. Suatu sel kering bekerja menurut reaksi: ( ) 2( ) 2 4( ) 2 s s s Zn + MnO ®ZnMn O Untuk menghasilkan muatan sebesar 965 Coulomb maka ... (Ar Zn = 65; Mn = 55; O = 16; dan Konstanta Faraday = 96500 Coulomb/mol elektron) (1) jumlah Zn yang bereaksi adalah 0,325 g (2) jumlah MnO2 yang bereaksi adalah 1,10 g (3) jumlah ZnMn2O4 yang terbentuk adalah 0,005 mol (4) dalam sel tersebut MnO2 bertindak sebagai reduktor www.onlineschools.name 378 Halaman 4

60. Diketahui beberapa setengah reaksi berikut: + ® − Br 2e 2Br 2 E 1,087 V o = + ® − I 2e 2I 2 E 0,535 V o = MnO 8H 5e Mn 4H O 2 2 4 − + + + ® + + E 1,491 V o = Cr O 14H 6e 2Cr 7H O 2 2 3 2 7 − + + + ® + + E 1,330 V o = Pernyataan yang benar berkaitan dengan data setengah reaksi di atas adalah ... (1) molekul bromin dapat dioksidasi oleh iodida. (2) ion dikromat tidak dapat mengoksidasi ion iodida dalam suasana netral. (3) ion dikromat dapat mengoksidasi ion permanganat. (4) ion dikromat dapat mengoksidasi bromin dalam suasana asam. www.onlineschools.name

Kamis, 02 Agustus 2012

APLIKASI BEBERAPA EKSTRAK BUNGA BERWARNA SEBAGAI INDIKATOR ALAMI PADA TITRASI ASAM BASA Siti Marwati[1] [1]Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Abstak Indonesia kaya akan bunga berwarna. Selain indikator kimiawi, telah ditemukan indikator dari bahan alami misalnya dari ekstrak bunga berwarna. Sebagai contoh bunga pukul empat(Miriabillis yalapa), bunga mawar(Catharantus roseus), bunga kana(Canna indica), bunga sepatu(Hibiscus rosasinensis) dan bunga rosella(Hibiscus sabdariffa). Hampir semua bunga berwarna dapat digunakan sebagai indikator titrasi asam basa karena dapat berubah warna pada suasana asam maupun basa. Masing-masing indikator alami tersebut mempunyai spesifikasi tertentu antara lain trayek pH, kecermatan dan keakuratan untuk titrasi asam basa tertentu. Berdasarkan hasil kajian ini menunjukkan bahwa secara umum ekstrak bunga berwarna dapat diaplikasikan pada titrasi asam basa secara mudah dan murah. Selain itu, beberapa indikataor alami tersebut cukup cermat dengan standar deviasi antara 0,01-0,20 untuk setiap titrasi asam basa. Masing-masing ekstrak bunga berwarna mempunyai tingkat keakuratan tertentu jika dibandingkan dengan indikator komersial misalnya pp, mo, campuran metil orange dan bromkresol hijau pada setiap titrasi asam basa. Kata kunci: indikator alami, titrasi, asam basa PENDAHULUAN Titrasi asan basa merupakan metode analisis kimia konvensional yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam maupun basa. Sampai saat ini metode titrasi masih digunakan walaupun telah berkembang metode-metode lain dengan menggunakan instrumen tertentu karena metode titrasi merupakan metode yang cukup sederhana, mudah, murah dan aman jika diaplikasikan pada makanan. Titrasi asam basa didasarkan pada titik ekuivalen antara asam dan basa. Titik ekuivalen biasanya ditentukan dengan titik akhir titrasi yaitu pada saat konsentrasi asam ekuivalen dengan konsentrasi basanya. Titik akhir titrasi ditandai dengan penambahan substansi ke dalam larutan analit sehingga terjadi perubahan warna setelah titik ekuivalen terjadi. Substansi yang ditambahkan ke dalam analit tersebut disebut sebagai indikator. Indikator yang diperlukan untuk keperluan titrasi biasanya memiliki harga kisaran pH yang disebut trayek pH. Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa adalah indikator phenol ptalin(pp) dan indikator metil orange(mo). Indikator-indikator ini merupakan indikator kimiawi dan dijual di pasaran dengan harga yang relatif mahal. Masih banyak indikator kimiawi yang telah digunakan untuk titrasi asam basa yang disesuaikan dengan trayek pH dari indikator tersebut. Selain indikator komersial, telah ditemukan indikator dari bahan alami misalnya dari bunga mawar Catharantus roseus)(Kokil, 2006), bunga pukul empat(Miriabillis yalapa), bunga kana(Canna indica)(Shishir, dkk, 2008), bunga rosella(Hibiscus sabdariffa) dan bayam merah(Bisella alba)(Izonfuo, 2006). Hampir semua tumbuhan yang menghasilkan warna dapat digunakan sebagai indikator karena dapat berubah warna pada suasana asam dan basa walaupun kadang-kadang perubahan warna tersebut kurang jelas atau hampir mirip untuk perubahan pH tertentu. Masing-masing bunga penghasil warna mempunyai sifat spesifik pada penggunaannya sebagai indikator alami. Sifat-sifat tersebut antara lain mempunyai trayek pH yang spesifik, dalam bentuk larutan tidak tahan lama, mudah rusak dan berbau tidak sedap serta mempunyai kecermatan dan keakuratan tertentu pada titrasi asam basa tertentu. Berdasarkan uraian di atas maka artikel kajian ini akan mengulas permasalahan dari aplikasi beberapa ekstrak bunga berwarna sebagai indikator alami pada titrasi asam basa yang ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya jika dibandingkan dengan indikator kimiawi seperti indikator pp dan mo. Jika tingkat kecermatan dan keakuratan indikator alami yang diaplikasikan pada titrasi asam basa diketahui maka diharapkan dapat memilih indikator alami dari ekstrak bunga berwarna tertentu untuk titrasi asam basa tertentu dengan tingkat kecermatan dan keakuratan yang tinggi. PEMBAHASAN Indikator Alami Titrasi Asam Basa Indikator titrasi asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya bergantung pada pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa dan netral. Sebagai contoh kertas lakmus merah atau biru, berwarna merah dalam larutan yang pHnya lebih kecil dari 5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang pHnya lebih besar dari 8. Dalam larutan yang pHnya 5,5-8 warna lakmus adalah kombinasi wana merah dan biru. Batas-batas pH saat indikator mengalami perubahan warna disebut trayek indikator. Selain indikator berupa kertas lakmus ada indikator berupa larutan indikator misalnya indikator penol ptalein(pp). Warna indikator tergantung pada pH larutannya. Indikator asam-basa adalah asam atau basa organikyang lemah yang memiliki warna berbeda dalam bentuk molekul dan dalam bentuk terion. Sebagai contoh, phenolptalein(pp) adalah suatu asam lemah yang dalam bentuk molekul tidak berwarna dan dalam bentuk terion berwarna merah. Dalam air, pp bereaksi sebagai berikut: Hind(aq) + H2O(l) Ind-(aq) + H3O+(aq) Tidak berwarna merah Hind melambangkan molekul indikator sedangkan Ind- untuk ion indikator. Pada penambahan asam, reaksi kesetimbangan di atas akan bergeser ke kiri dan warna akan memudar(menjadi tidak berwarna). Sebaliknya pada penambahan basa, reaksi kesetimbangan di atas bergeser ke kanan dan warna akan semakin merah. Pada perkembangannya telah ditemukan beberapa indikator dari bahan alami misalnya ekstrak bunga berwarna untuk memperoleh alternative indicator titrasi asam basa. Menurut Fessenden dan Fessenden (1995), kebanyakan bunga merah dan biru disebabkan oleh glukosida yang disebut antosianin. Bagian glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh antosianin, sebagian tergantung pH bunga. Warna biru corn flower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama yaitu sianin. Sianin dalam sekuntum mawar merah berada dalam bentuk fenol. Sianin dalam corn flower biru berada dalam bentuk anionnya dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Oleh karena sianin serupa dengan indicator asam basa maka pigmen sianin dari tumbuhan mawar merah akan sama reaksi asam basa dari metil orange, p-nitrofenol dan phenol ptalein. Aplikasi Indikator Alami pada Titrasi Asam Basa Aplikasi indikator alami berupa bunga berwarna diawali dengan proses ekstraksi dari bunga-bunga tersebut. Proses ekstraksi yang dilakukan dengan berbagai metode. Bahan pengekatrak beberapa bunga berwarna ini dapat menggunakan air panas, n-heksana, metanol, campuran metanol-HCl dan campuran etanol-air(Rastra Bayu Kotama, 2008). Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan cara maserasi atau perendaman. Ekstraksi dengan cara perendaman dengan air panas dan didiamkan selama satu malam. Ekstraksi ini dapat diterapkan untuk ekstraksi bunga rosella sebagai indikator alami asam basa(Izonfuo, 2006). Ekstraksi zat warna pada bunga mawar dapat dilakukan dengan cara merendam sejumlah bunga mawar segar ke dalam 20 mL metanol selama 15 menit(Kokil, 2006). Ekstraksi zat warna pada bunga pukul empat dapat dilakukan dengan mendinginkan bunga pukul empat sampai suhu -20oC untuk mengurangi proses oksidasi pada saat penghalusan(Shishir, 2008). Proses ektraksi disesuaikan dengan karakter bunga yang akan diesktrak dan zat warna yang terkandung di dalam bunga tersebut. Hasil ektraksi bunga-bunga berwarna yang digunakan sebagai indikator alami biasanya mengandung antosianin dan flavanoid yang dapat berubah warna pada tiap perubahan pH tertentu. Hal inilah yang dapat dijadikan sebagai dasar penggunaan beberapa bunga berwana dapat digunakan sebagai indikator alami titrasi asam basa. Setelah proses ekstraksi, ekstrak bunga berwarna yang akan digunakan sebagai indikator alami pada titrasi asam basa sebaiknya disimpan di dalam botol gelap karena ekstrak dari bunga berwarna dapat rusak jika terkena sinar matahari. Untuk bunga pukul empat menunjukkan ketahanan terhadap cahaya matahari hanya berlangsung selama 6 jam(Rasta Bayu Kotama, 2008). Selain indikator alami tidak tahan terhadap matahari, ekstrak bunga berwarna jika disimpan terlalu lama dapat menimbulkan bau tidak sedap dan berubah warnanya(Regina Tutik, 2007). Langkah awal aplikasi berbagai bunga berwarna sebagai indikator alami dapat dilakukan dengan penentuan karakter indikator tersebut antara lain berupa trayek pH, kecermatan dan keakuratannya jika diaplikasikan pada titrasi asam basa. Titrasi asam basa yang dilakukan antara asam kuat-basa kuat, asam lemah-basa kuat, asam kuat-basa lemah dan asam lemah-basa lemah. Trayek pH ditentukan dengan membuat sederetan larutan buffer pada pH tertentu kemudian ditambah 2-3 tetes indikator alami dan diamati perubahan warnanya tiap perubahan pH tertentu. Sebagai contoh trayek pH bunga pukul empat adalah pH 1,40-3,40 dan pH 10,25-12,25(Rastya Bayu Kotama, 2008). Trayek pH untuk bunga Kana adalah pH 4-9( Shisir, 2008). Trayek pH untuk bunga mawar adalah pH 4,99-5,15dan pH6,54-8,47(Kokil, 2006). Trayek pH ini yang dapat digunakan untuk dasar pemilihan indikator jika akan diterapkan pada titrasi asam basa. Untuk mengetahui tingkat kecermatan dan keakuratannya maka dilakukan pengulangan percobaan minimal 3 kali ulangan dan hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil titrasi menggunakan indikator yang telah ada misalnya dengan indikator pp, mo, metil merah dan lain-lain. Uji kecermatan dilakukan dengan melihat standar deviasi dari hasil pencatatan volume titrand atau dari hasil perhitungan konsentrasi titrant yang diperoleh dari proses titrasi berulang-ulang. Uji ketepatan dilakukan dengan membandingkan hasil titrasi antara penggunaan indikator alami dengan indikator komersial misanya pp, mo, metil merah dan lain-lain. Ketepatan pengukuran merupakan besar kecilnya penyimpangan yang diberikan oleh hasil pengukuran itu terhadap hasil yang sesungguhnya. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam kuat-basa kuat (HCl/NaOH) dapat dilihat pada aplikasi ekstrak bunga pukul empat, bunga kana dan bunga mawar. Pada aplikasi ekstak bunga pukul empat sebagai indikator alami pada titrasi asam kuat-basa kuat terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 4-8). Untuk bunga mawar terjadi perubahan warna kuning kehijauan menjadi tak berwarna, perubahan warna terjadi pada pH 4,94 begitu pula untuk aplikasi bunga kana(Kokil, 2006), (Shisir, 2006). Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam kuat-basa kuat, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan. Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang diperoleh sesuai dengan pada penggunaan indikator pp untuk titrasi asam kuat-basa kuat. Aplikasi bunga kana dan bunga mawar mempunyai selisih 0,1-0,3 terhadap hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator mo pada titrasi asam kuat-basa kuat. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam kuat-basa lemah(HCl/NH4OH) dapat dilihat pada aplikasi ekstrak bunga pukul empat, bunga kana dan bunga mawar. Aplikasi ekstak bunga pukul empat sebagai indikator alami pada titrasi asam kuat-basa kuat terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 4-8). Untuk bunga mawar terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna, perubahan warna terjadi pada pH 4,94.Pada bunga kana terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi pink pada pH3,5-8(Kokil, 2006), (Shisir, 2006). Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam kuat-basa lemah, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan. Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang diperoleh selisih antara 0,1-0,3 terhadap penggunaan inikator pp untuk titrasi asam kuat-basa lemah. Aplikasi bunga mawar mempunyai selisih 0,1-0,3 terhadap hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator mo pada titrasi asam kuat-basa kuat. Aplikasi bunga kana, hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator mo. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam lemah-basa lemah(CH3COOH/NaOH) dapat dilihat pada aplikasi ekstrak bunga pukul empat, bunga kana dan bunga mawar. Aplikasi ekstak bunga pukul empat sebagai indikator alami pada titrasi asam kuat-basa kuat terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 5-9). Untuk bunga mawar terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna, perubahan warna terjadi pada pH 4,9. Pada bunga kana terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi pink pada pH 4,5-9(Kokil, 2006), (Shisir, 2006). Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam lemah-basa kuat, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan. Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang diperoleh selisih antara 0,2-0,3 terhadap penggunaan inikator metil merah untuk titrasi asam kuat-basa lemah. Penggunaan bunga mawar sesuai dengan hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator metil merah pada titrasi asam lemah-basa kuat. Begitu pula untuk bunga kana. Aplikasi ekstrak beberapa bunga berwarna pada titrasi asam lemah-basa lemah(CH3COOH/NH4OH) dapat dilihat pada aplikasi ekstrak bunga pukul empat, bunga kana dan bunga mawar. Pada aplikasi ekstak bunga pukul empat sebagai indikator alami pada titrasi asam lemah-basa lemah terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna(range pH 4-8). Untuk bunga mawar terjadi perubahan warna hijau menjadi tak berwarna, perubahan warna terjadi pada pH 4,94. Pada bunga kana terjadi perubahan warna dari orange menjadi biru pada pH 4,5-7(Kokil, 2006), (Shisir, 2006). Jika ditinjau dari kecermatan dan keakuratannya pada titrasi asam lemah-basa lemah, secara umum ekstrak beberapa bunga berwarna mempunyai kecermatan yang relatif tinggi atau mempunya keterulangan yang bagus. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi berkisar antara 0,01-0,20 untuk setiap percobaan. Jika ditinjau dari keakuratannya, pada bunga pukul empat hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil yang diperoleh pada penggunaan campuran indikator metil orange dan bromkresol hijau(1:2) untuk titrasi asam lemah-basa lemah. Begitu pula untuk bunga mawar. Penggunaan bunga kana, hasil yang diperoleh mempunyai selisih 0,1 terhadap hasil yang diperoleh jika menggunakan indikator campuran metil orange dan bromkresol hijau(1:2). PENUTUP Berdasarkan hasil kajian ini menunjukkan bahwa secara umum ekstrak bunga berwarna dapat diaplikasikan pada titrasi asam basa secara mudah dan murah. Selain itu, beberapa indikataor alami tersebut cukup cermat dengan standar deviasi antara 0,01-0,20 untuk setiap titrasi asam basa. Masing-masing ekstrak bunga berwarna mempunyai tingkat keakuratan tertentu jika dibandingkan dengan indikator komersial misalnya pp, mo, campuran metil orange dan bromkresol hijau pada setiap titrasi asam basa. Saran yang dapat disampaikan pada artikel ini adalah perlunya diperhatikan pada aplikasi ekstrak bunga berwarna untuk titrasi asam basa yang mengahasilkan perubahan warna dari warna tertentu menjadi tak berwarna pada proses titik titrasinya. Jika kurang teliti maka dapat terjadi kelebihan titrand sehingga mempengaruhi hasil titrasi. Dapat direkomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada tumbuh-tumbuhan berwarna lainnya untuk menggali alternatif indikator asam basa. DAFTAR PUSTAKA Fessenden, R. J., Fessenden, J. S.,(1995), Kimia Organik Edisi ketiga JilidI (Terjemahan Hendyana Pujaatmaka), Jakarta: Erlangga Izonfuo, L. T., Fekamhorhobo, G. K., Obomanu, G. K., Daworiye, L. T., (2006), Acid Base Indicator Properties of Dye from Local Plant: Bassella alba and Hibiscus rosasinencis, Journal of Applied Sciences and Environmental Managemen, Vol 10 No 1 pp 5-8 Rastra Bayu Kotama, (2008), Penggunaan ekstrak zat warna bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L) sebagai indikator alami dalam titrasi asam basa, Skripsi, FMIPA UNAIR: Jember Regina Tutik Padmaningrum dan Das Salirawati, (2007), Pengembangan Prosedur Penentuan Kadar Asam Cuka secara Titrasi Asam Basa dengan Berbagai Indikator Alami(Sebagai Alternatif Praktikum Titrasi Asam Basa di SMA, Laporan Penelitian, FMIPA UNY: Yogyakarta. Shisir, M. N., Laxman, J. R., Vinayak, R. N., Jacky, D. R., Bhimrao, G. S.,(2006) Use of Miriabilis Jalapa L Flower Extracts as a Natural Indicator in Acid Base Titration, Journal of Pharmacy Research, Vol 1 Issue 2